Bahrum Rangkuti

2902_1048190493883_7610482_nProf. Drs. Laksama. H. Bahrum Rangkuti Lahir pada tanggal 7 Agustus 1919 di Galang, Riau. Meninggal 13 Agustus 1977, dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata. Ia menguasai 7 bahasa, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Arab, Urdu, dan bahasa daerahnya, Batak. Tamatan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Lahir dari seorang ayah bernama M. Tosib Rangkuti dan ibu, Siti Hanifah Siregar.
Semasa hidupnya memiliki 1 orang istri bernama Hj. Apul Batubara dengan 5 orang anak, Jalaluddin Rumi Rangkuti, Qomaruzzaman Rangkuti, Fachrun Nisa Rangkuti, Mahmudah Sorayya Rangkuti dan Basyiruddin Rangkuti. Saat ini memiliki 22 cucu dan 17 cicit.

Biodatanya:

1. Nama : Drs. H. Bahrum Rangkuti

2. Tempat/tanggal lahir : Galang, Sumatera Utara, 7 Aagustus 1919

3. Pangkat Golongan/Ruang Gaji : Militer : Laksamana PertamaSipil : Pegawai Utama Madya IV/d

4. Nomor Induk : NRP. 2/PT

5. Jabatan : Sekretaris Jenderal Departemen Agama (Berdasarkan SK Presiden RI No. 108/MTahun 19716.

Pendidikan :

1. H.I.S tahun 1973

2. H.B.S tahun 1937 di Medan

3. A.M.S tahun 1940 di Yogyakarta

4. Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1960

5. Islamic Studies, Lahore Pakistan tahun 1952

7. Alamat : Jalan Kebon Kacang IX No. 13 Telp. 496738.

Pengalaman :

1. 1940-1942: Penerjemah/pengarang di Balai Pustaka danpenyiar Radio PPRK Jakarta2. 1942-1945: Hoso Kansikyoku dan Redaksi IndonesiaBerjuang di Jawa Hokokai3. 1945-1950: Anggota BKR dan kemudian masuk KianSantang, Brigade VI Siliwangi4. 1950-195

1: Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar RIPakistan5. 1951-1953: Wartawan Freelance dan penterjemah bahasaInggris dan Francis; Guru SMA; Membantu KeduataanPakistan di Jakarta6. 1958: Spokesman untuk delegasi Indonesia dalam KongressUNESCO7. 1959: Menampung dan mengasuk kaum tuna karya diPondokcabe

8. 1960-1971: Kepala Pusroh Islam Angkatan Laut Jakarta

9. 1962-1971: Pembantu tetap Majalah Pembina Jakarta

10. 1968-1971: Anggota DPRGR/MPRS11. 1971-sekarang: Sekretaris Jenderal Departemen Agama

9. Perlawatan keluar Negeri :

1. Pakitan tahun 1950-1951

2. Francis tahun 1958

3. Mekah tahun 19654. Amerika Serikat, memberikan ceramah-ceramah di Naval WarCollege dan Lembaga-lembaga Angkatan Laut di Amerika Serikat

5. London, memberikan ceramah di BBC singgah di Beirut danBangkok tahun 1970

6. Singapura, memberikan ceramah atas undangan JemaatSastrawan Melayu

7. Australia:a. Udangan Sydney University memberiak ceramah The SpiritualWealth of Islam tahun 1974

b. Modern Indonesian Literature10.

Karangan-karangan yang telah diterbitkan :

1. Kandungan Al Fatihah

2. Eksistensi Islam

3. Leadership Nabi Muhammad SAW dalam damai dan perang

4. Sandiwara Jabbal An Nur

5. Sandiwara Arjuna Wiwaha

6. Terjemahan Lintasan Sejarah Dunia, karya Jawaharlal Nehru

7. Uraian/terjemahan Asrar’I Khudi karya Dr. Muhammad Iqbal

8. Sejarah Kebudayaan Islam (2jilid)

9. Sejarah Indonesia (2jilid)

10. Methode mempelajari Tafsir Qur’an dan Bahasa Arab

11. Nafiri Ciputat

12. Sejarah Khalifah Ali ra

13. Sejarah Khalifah Usman ra

14. Sejarah Nabi Muhammad SAW

15. Islam dan Pembangunan16. Nilai-nilai hakiki dalam Pembangunan

17. Kerukunan Hidup antar Umat Beragama

18. Nilai-nilai agama dalam Masyarakat yang sedang berobah

19. The Spiritual Wealth in Islam

20. Islam and Modern Indonesian Literature

Sumber: Drs. Bahrum Rangkuti, Jakarta, Agustus 1975
Karya Bahrum Rangkuti
1) Puisi:
a. Sajak-sajak yang Sudah Diterbitkan
(1) “Tuhanku” Pandji Poestaka (1943)
(2) “Langit dan Bumi Baru” Pandji Poestaka (1944)
(3) “Peperangan Badar” Pandji Poestaka (1944)
(4) “Prajurit Rohani” Pandji Poestaka (1944)
(5) “Akibat” Pantja Raja (1946)
(6) “Borobudur” Pantja Raja (1946)
(7) “Cita-Cita” Pantja Raja (1946)
(8) “Doa Makam” Pantja Raja (1946)
(9) “Hidupku” Pantja Raja (1946)
(10) “Insyaf” Pantja Raja (1946)
(11) “Kembali” Pantja Raja (1946)
(12) “Laut Kenangan” Pantja Raja (1946)
(13) “Sakura” Pantja Raja (1946)
(14) “Tugu Kenangan” Pantja Raja (1946)
(15) “Laila” Gema Suasana (1948)
(16) “Pasar Ikan” Gema (1948)
(17) “Sajak-Sajak Muhammad Iqbal” Siasat (1951)
(18) “Syuhada” Hikmah (1952)
(19) “Iqbal” Hikmah (1953)
(20) “Malam dari Segala Malam” Gema Islam (1962)
(21) “Pesan” Gema Islam (1966)
(22) “Nafiri Ciputat” Horison (1970)
(23) “Anak-Anakku” Horison (1971)
(24) “Dunia Baru” Horison (1971)
(25) “Ayahanda” Horison (1971)
(26) “Bunda” Horison (1971)
(27) “Lebaran di Tengah-Tengah Gelandangan” Horison (1971)
(28) “Mercon Malam Takbiran” Horison (1971)
(29) “Pejuang” Horison (1971)
(30) “Rumah” Horison (1971)
(31) “Sembahyang di Taman HI” Horison (1971)
(32) “Tuhan di Tengah-Tengah Insan” Horison (1971)
(33) “Sumbangsih” Koninklijke Boekhandel dan Drukkery G. Kollf dan Co
(34) “Hikmah Puasa dan Idul Fitri” Koninklijke Boekhandel dan Drukkery G. Kollf dan Co
b. Sajak-sajak yang Belum Diterbitkan dan Tahun Ciptaannya
(1) “Tao Toba” (1970)
(2) “Sipirok” (1970)
(3) “Natalandi Gita Bahari” (t.th.)
(4) “Nunukan” (1970)
(5) “Mesjid di Tanjung Selor” (1970)
(6) “Ka’bah” (1971)
(7) “Bungan Bondar” (1971)
(8) “Mina” (1971)
(9) “Madinah” (1971)
(10) “Arafah” (1971)
(11) “Makkah” (1971)
(12) “Hajir” (1971)
(13) “Nisbah” (1971)
(14) “Yang Genap dan Yang Ganjil” (1971)
(15) “Bengkel Manusia” (t.th.)
(16) “meluruskan bahtera” (1973)
(17) “Nyanyian di Pohon Kelapa” (1973)
(18) “Mi’raj” (t.th.)
(19) “kepada Biniku A. Bara” (t.th.)
(20) “Isa a.s.” (1969)
(21) “Idul Fitri” (t.th.)
(22) “Mula Segala” (1969)
(23) “Muhammad s.a.w.” (1969)
(24) “Beton, Beling, dan Besi” (t.th.)
(25) “Laut Lepas Menanti” (t.th.) (PDS. H.B. Jassin)
2) Drama
(1) “Laila Majenun” Gema Suasana (1949)
(2) “Sinar memancar dari Jabal Ennur” Indonesia (1949)
(3) “Asmaran Dahana” Indonesia (1949)
(4) “Arjuna Wiwaha”
3) Cerpen
(1) “Ditolong Arwah” Pandji Poestaka (1936)
(2) “Rindu” Poedjangga Baroe (1941)
(3) “Renungan Jiwa” Pandji Poestaka (1942)
(4) “Ngobrol dengan Cak Lahama” gema Suasana (1946)
(5) “Sayuti Parinduri Alfaghuru” atau “Antero Krisis Cita, Moral, dan benda” Zenith (1952)
(6) “Laut, Perempuan, dan Tuhan” Gema Tanah Air (1969)
3) Esai
(1) “Setahun di negeri Bulan Bintang I” Zenith (1951)
(2) “Setahun di negeri Bulan Bintang II” Zenith (1951)
(3) “Setahun di negeri Bulan Bintang II” Zenith (1951)
(4) “Angka dan Penjelmaannya” Zenith (1951)
(5) “Pengantar kepad Cita Iqbal” Indonesia (1953)
(6) “Kandungan Al Fatihah” (1953)
(7) “Nabi Kita” Bacaan untuk Anak-anak (t.th.)
(8) “Islam dan kesusastraan Indonesia Modern”: skripsi s-1 (1961). Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul
(9) “Islam and “Modern Indonesian Literature”
(10) “Pramudya Ananta Toer; dan Karya seninya” (1963)
(11) “Terapan Hikmah Isra dan Mikraj dalam kehidupan Sehari-hari” Operasi (1968)
(12) “Muhammad Iqbal Pemikir dan Penyair” ceramah di TIM (1969)
(13) “Ceramah Tentang Cita-Cita M. Iqbal” TIM (1976)
(14) “Al Quran, Sejarah, dan Kebudayaan” Pidato pengukuhan sebagai Guru Besar (1976)
(15) “Sejarah Indonesia I dan II”
(16) “Metode Mempelajari Tafsir Qur’an dan Bahasa Arab”
(17) “Sejarah Khalifah Usman r.a”
(18) “Sejarah Nabi Muhammad s.a.w”

Bunda

Kemarin aku datang padamu. Di tanganku kain bersulam

Dan ketupat santan, masakan mantumu

Sehari yang lalu. Tak datang ia bersamaku

Antara kelian ‘lah lama pisah mendalam

 

Ingin ia mengabdi pada Tuhan, mengangkat mereka

Dari kolong jembatan.  Engkau bunda, asyik pada

Daki tangan dunia: pemberian kakek Badja Linggai

Pedagang rempah-rempah di kaki gunung pinggir sungai

Aduhai, bunda, meski kau kini ditenung

Tamasya gemilang dan dalam kamarmu mendengung

Qur’an dan dzikir; mengapatah menjauh dari cucu-cucumu?

Tidakkah senang, bunda, dari engkau jua

Asal bibit ini: membina tempat pada sisi Ilahi?

Dan mantumu, amanat ayahanda ketika pindah ke alam baqa

Bahrum Rangkuti ( 1919 )

Gadis Kerudung Putih

Gadis Kerudung Putih

Oleh Yulia Rachmah Batubara

Dari kejauhan gadis itu menatap kearahku

duhai ku begitu terpesona melihat kecantikannya.

Gadis berkerudung putih

wajahnya elok nan rupawan memancarkan cahaya nur Ilahi

kubertanya dalam hati “duhai siapakah gerangan gadis itu?”

ternyata gadis tu belahan jiwa ku yang dulu slalu ku timang dalam pelukanmu

Senyum itu selalu mengembang ketika ku datang mengunjunginya terasa hangat mengalir dalam sanubariku

duhai permata hatiku

jangan marah-marah lagi ya

aku kan datang esok hari tuk melihat senyum mu itu

Aku tau di dalam hatimu kawan

kulihat raut wajah mu sendu

hidup bukan tuk direnungi tapi di perjuangkan

Perang dan Diplomasi dalam Islam, uraian taktik dan siasat Muhammad SAW beserta lukisan pribadi dan cita-citanya

PERANG DAN DIPLOMASI DALAM ISLAM

URAIAN TAKTIK DAN SIASAT MUHAMMAD SAW BESERTA LUKISAN PRIBADI DAN CITA-CITANYA

OLEH BAHRUM RANGKUTI

Rasulullah SAW pun teruslah maju bersama-sama prajurit-prajurit Islam. Orang-orang Yahudi memperkuat pertahanannya, dan mereka mulai berjuang dan diikuti oleh kaum wanita Yahudi.

Kebetulan beberapa orang Islam pda waktu itu sedang duduk di dinding benteng orang Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang melihat ini, menjatuhkan batu besar kepada mereka, sehingga tewaslah seorang yang bernama Chalad. Orang-orang Islam mengepung benteng itu beberapa hari lamanya, dan akhirnya orang-orang Yahudi merasa, bahwa mereka tidak sanggup bertahan lebih lama lagi. Kemudian kepala-kepala mereka menyampaikan kepada Rasulullah SAW, seraya bermohon kepadanya mengutus Abu Lubaba seorang kepala suku Yahudi Aus di Medinah, yang berhubungan dengan Banu Quraidzah. Mereka ingin bermusyawarah dengan Abu Lubaba tentang cara perdamaian. Rasulullah SAW lalu mengutus Abu Lubaba kepada orang Yahudi, yang bertanya: “apakah tidak lebih baik mereka meletakkan senjata dan menerima putusan-putusan Rasulullah SAW”. Abu Lubaba mengatakan “bahwa seharusnyalah mereka berbuat begitu”. Tetapi ditunjukkannya juga dengan isyarat kepada orang Yahudi itu, bahwa hukuman mereka tentulah hukuman mati.

Rasulullah SAW sama sekali tidak ada menerangkan tentang cara hukuman mati terhadap orang Yahudi itu. Tetapi Abu Lubaba hanyalah menduga-duga saja. Itulah sebabnya orang-orang Banu Quraidzah itu tidak ingin menerima cara keputusan Rasulullah SAW. Andaikan ada yang menerimanya, tentulah hukuman yang seberat-beratnya bagi mereka yakni mereka dikeluarkan dari Medinah. Tetapi sudah nasib buruk mereka, menolak keputusan Rasulullah SAW. Orang-orang Banu Quraidzah itu berkata pula, bahwa mereka lebih suka menerima cara keputusan Sa’ad bin Muadh, kepada suku Aus. Mereka akan menyetujui setiap macam hukuman yang dijalankannya.

Disamping itu, terbit pula pertikaian diantara orang-orang Yahudi sendiri. Beberapa daripada mereka mengatakan, bahwa memang orang-orang Yahudi telah menodai perjanjiannya dengan orang-orang Islam. Sebaliknya sikap orang Islam menunjukkan, bahwa mereka jujur dan setia dan agama mereka juga agama Islam. Amr bin Sa’di, salah seorang kepala Yahudi menyalahkan Banu Quraidzah benar. Maka mereka, yakni orang-orang Yahudi yang berfikir demikian, lalu masuk Quraidzah dengan berkata: “Benarlah kita sekalian telah memecahkan perjanjian yang telah kita buat dengan orang-orang Islam. Kita telah melakukan perbuatan yang berkhianat. Satu-satu jalan bagi kita sekarang ialah masuk Islam atay membayar djizyah”.

Mereka berkata: “Kami tidak akan masuk Islam, dan juga tidak akan membayar djizyah, dan mati jauh lebih baik dari membayar djizyah”.

Amr menjawab, bahwa dalam hal begitu dia tidak dapat berkata apa-apa lagi, lalu dia meninggalkan benteng Banu Quraidzah. Muhammad bin Maslamah salah seorang panglima perang pasukan Islam, melihat Amr dan bertanya kepdanya, siapakah dia sebenarnya. Sesudah Muhammad bin Maslamah mengetahui keterangan yang diperlukan tentang Amr, diberikannya izin kepada orang Yahudi itu pergi dengan damai. Amr mendoa kepada Tuha, mudah-mudahan ada padanya kesanggupan memperbaiki kesalahan bangsanya. Sebaliknya Muhammad bin Maslamah mendoa pula kepada Allah SWT bahwa terus menerus dapat dia memaafkan orang seperti Amr, oleh sebab memang menjadi kewajiban moril orang-orang Islam, membantu orang yang telah mendapat jalannya kembali. Bila Rasulullah SAW mendengar apa yang telah dilakukan oleh Muhammad bin Maslamah, amatlah dipujikannya tindakan itu.

Kecondongan untuk menerima keputusan Rasulullah SAW dalam perkara pengkhianatan orang-orang Yahudi, hanyalah dinyatakan oleh beberapa orang Yahdui. Sebagai suatu kaum mereka menolak menerima sesuatu penyelesaian dari pihak Rasulullah SAW dan bahkan meminta Sa’ad bin Mu’adh yang akan menggantikan keputusan Rasulullah SAW. Nabi menerima permintaan mereka itu, dan menyampaikan pesan kepada Sa’ad, yang sedang berbaring luka-luka, supaya dia dating dan memberikan keputusannya dan diumumkannya pula, maka orang-orang Aus, yang menjadi sekutu selamanya ini dari Banu Duraidzah, berlari-lari kepada Sa’ad dan mendesak kepadanya supaya memberikan keputusan, yang akan menguntungkan Banu Quraidzah.

Orang-orang Chazradj, kata mereka, selamanya berusaha membantu orang-orang Yahudi, yang bersekutu dengan mereka. Maka kewajiban Sa’ad sekarang ialah menolong orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan kabilahnya.

Sa’ad naik kuda ke Banu Quraidzah, diiringkan beberapa orang sukunya sendiri, menegaskan kepada Sa’ad supaya jangan menghukum Banu Quraidzah. Apa yang dikatakan Sa’ad sebagai jawaban ialah, bahwa orang yang harus memutuskan suatu perkara memegang sesuatu amanat sebenarnya. Dan itulah sebabnya, harus dia menjalankan dan memelihara amanat itu sebaik-baiknya.

Saya akan member keputusan saja, dengan memperhatikan segala sesuatu, dan sedikitpun tidak akan merasa takut atau menunjukkan kecondongan kepada salah satu partai”, demikian Sa’ad akhirnya. Bila Sa’ad sampai di benteng Yahudi, dilihatnya Banu Quraidzah berkelompok-kelompok di dekat dinidng benteng, seraya menunggunya. Di pihak yang lain dilihatnya orang-orang Islam: “Apakah tuan-tuan sudi menerima keputusan saya?” orang-orang Islampun berkata “Ya”.

Keputusan Sa’ad sesuai dengan Bibel

Seraya berpaling kepada orang-orang Banu Quraidzah, Sa’adpun mengemukakan soal yang sama, dan mereka juga mengiyakan pertanyaan Sa’ad itu. Kemudian Sa’ad menunjuk ketempat duduknya Rasulullah SAW dan bertanya, apakah mereka yang berpihak kepada Rasulullah SAW akan dapat menyetujui keputusannya. Maka Rasulullah SAW menjawab “Ya”.

Dan Sa’adpun memberikan keputusannya selaras dengan ayat-ayat berikut sebagai termaktub di dalam Bibel:

Arkian maka apabila kamu menghampiri salah sebuah negeri yang hendak kau serang, maka serukanlah perdamaian kepada kota itu. Dan jika kota itu menjawab seruan perdamaian dan dibukakannya pintu gerbang kepadamu, maka sekalian orang yang ada di dalam kota itu hendaklah membayar upeti kepada kamu, dan haruslah mereka dan mengabdi kepadamu. Tetapi jikalau kota itu tidak ingin berdamai dengan kamu, malah hendak melibat kamu dalam peperangan, maka hendaklah kamu kepung kota itu. Dan bila Tuhanmu menyerahkan kota itu ketanganmu, hendaklah kamu bunuh semua orang lelaki didalmnya dengan mata pedang. Tetapi perempuan-perempuan, dan anak-anak, dan hewan ternak dan segala harta di dalam negeri itu, bahkan semua barang jarahannya, hendaklah kamu rampas untuk dirimu sendiri, dan kamu makanlah barang jarahan daripada musuhmu itu, yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepadamu. Demikian jugalah hendaknya kamu lakukan terhadap segala yang telah diberikan Tuhanmu kepadamu sebagai warisan, dan janganlah kamu hidupkan barang sesuatu isinya yang bernafas. Tetapi haruslah kamu binasakan seluruhnya orang-orang Heti dan Amori dan Kanani dan Ferizi dan Hevi dan Jebusi, seperti firman Tuhan kepadamu. Suoaya janganlah mereka ajarkan kepada kamu berbuat segala perkara kebencian, apa yang telah mereka lakukan kepada Dewa-Dewa mereka; maka dengan begitu kamupun akan berdosalah kepada Tuhanmu”. (Kitab Ulangan XX:10-18)

Maka menurut ajaran Bibel di atas ini, jika orang-orang Yahudi yang menang dalam peperangan dan Rasulullah SAW yang kalah, semua orang Islam akan dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Dari sejarahpun kita ketahui, bahwa inilah sebenarnya maksud orang-orang Yahudi itu. Atau sekurang-kurangnya mereka akan menewaskan semua lelaki muslim, dan memperbudak wanita dan anak-anak muslim, serta merampas harta kepunyaan orang-orang Islam, tegasnya apa yang didasarkan dalam Kitab Ulangan itu bagi bangsa-bangsa yang bermusuhan.

Sa’ad adalah sahabat Banu Quraidzah. Sukunyapun bersekutu dengan Banu Quraidzah. Maka bila dilihatnya, bahwa orang-orang Yahudi menolak keputusan Rasulullah SAW, jang sebenarnya amat ringan, yakni pengusiran mereka dari daerah Medinah, lalu Sa’adpun memutuskan menghukum orang-orang Yahudi, sesuai dengan apa yang telah didasarkan oleh Musa as dalam Taurat.

Tegasnya, tanggungjawab untuk hukuman itu, bukanlah terletak pada Nabi Muhammad SAW atau pada umat Islam, tetapi pada Musa as dan pelajarannya dan juga pada orang-orang Yahudi sendiri, yang telah memperlakukan umat Islam dengan kejam.

Namun banyaklah pengarang Barat, yang menyalahkan nabi Muhammad SAW tentang hukuman terhadap Banu Quraidzah, dan merekapun mengatakan pula, nabi amat kejam kepada orang-orang Yahudi. Tetapi jika Rasulullah SAW kejam terhadap orang Yahudi, mengapakah dia tidak kejam terhadap bangsa-bangsa lain?

Ada berbagai keadaan musuh-musuh Islam meminta ampun dan belas kasihan Rasulullah SAW dan belum pernah mereka tidak dimaafkan oleh Muhammad SAW.

Sesudah habis peperangan Chandaq, maka Rasulullah SAW menerangkan, bahwa pada waktu itu orang-orang kafir tidak lagi akan menyerang umat Islam, bahkan sebaliknya orang Islamlah kini yang akan mengadakan serangan ofensif terhadap suku-suku dan partai-partai, yang selamanya ini menyerang dan menganiaya umat Islam. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW itu bukanlah ancaman kosong. Di dalam peperangan Chandaq, sebenarnya orang-orang suku Arab yang bergabungan itu, tidak banyak menderita kekalahan. Hanya beberapa orang daripada mereka yang tewas. Selanjutnya dalam masa setahun, tentulah mereka akan dating lagi dan menyerang Medinah dengan persediaan-persediaan yang lebih baik. Bahkan dapat mereka mengumpulkan tentara sampai 50.000 orang. Bahkan tentara berjumlah 100 sampai 150.000 orang bukanlah di luar kesanggupan mereka. Dan selama lebih daripada 20 tahun, musuh-musuh Islam telah berusaha akan melenyapkan Islam dan umat Islam dari permukaan bumi. Tetapi kegagalan demi kegagalan usaha mereka itu, rupanya telah menguncang kepercayaannya. Mulailah merea takut, bahwa apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, jangan-jangan benar dan bahwa dewa-dewa mereka palsu semata. Sudah tentu tidak ada alamat lahir daripada ketakutan kaum kafir dan musyrik. Mereka masih terus memuja patung-patung, sebagai kebiasaan nasionalnya. Tetapi semangat dan jiwa mereka telah patah. Pada lahirnya mereka hidup sebagai musyrik dan kafir, dalam bathinnya menggemalah jauh dalam hati Lailaha illallah.

Beberapa Pertanyaan

  1. Apakah sebab-sebabnya terjadi pengepungan kepada Banu Quraidzah oleh orang-orang Islam?
  2. Bagaimanakah sambutan orang-orang Yahudi terhadap delegasi Ali?
  3. Apakah sifatnya keputusan Rasulullah SAW terhadap orang-orang Banu Quraidzah?
  4. Dan bagaimana pula sifat keputusan dari Sa’ad?
  5. Dapatkah dijadikan Rasulullah SAW bertanggungjawab terhadap keputusan Sa’ad, mengenai hukuman pada orang-orang Banu Quraidzah?
  6. Bagaimanakah sikap umat Islam terhadap kaum kafir dan musyrik sehabis perang Chandaq?
  7. Terangkanlah mengapa umat Islam perlu melakukan serangan ofensif kepada kaum kafir dan kaum musyrik selanjutnya!

X. SERANGAN ORANG-ORANG YANG TIDAK TERATUR

Orang-orang suku Arab setelah kembali dari peperangan Chandaq memang agak lesu perasaannya, tetapi belumlah putus asa mereka untuk menghancurkan Islam. Meskipun tidak berhasil merebut kota Medinah, masih ada harapan mereka mengalahkan tentara Islam pada suatu kali. Lebih-lebih jumlah mereka yang jauh lebih besar dari orang-orang Islam tentulah akan memberikan kesempatan suatu waktu berhadapan lagi dengan laskar Islam.

Lagi pula dengan amat gampang dapat mereka mengganggu, menganiaya dan membunuh seseorang muslim. Dan dengan cara begitulah orang-orang musyrikin dapat menghilangkan dari hatinya sesuatu perasaan, oleh karena berkali-kali telah kalah melawan orang-orang Islam.

Itulah sebabnya, tidak lama sesudah habis perang Chandaq, merekapun mulai menyerang orang-orang Islam disekitar Medinah. Orang-orang kafir itu merampas unta dan menculik seorang perempuan Islam serta melarikan pula barang rampasan lain. Perempuan Islam itu akhirnya dapat juga melarikan diri, tetapi sejumlah hewan dapat mereka rampas. Golongan kafir ini masuk qabilah Fasarah. Sebulan kemudian, segolongan qabilah Ghathafan menyerang dari arah Utara, dengan maksud merampas pula beberapa puluh unta orang Islam.

Nabi Muhammad SAW lalu mengutus Muhammad bin Maslamah dengan sepuluh sahabat yang lain untuk melindungi gembalaan unta, kepunyaan orang Islam itu. Orang suku Ghathafan itu melibat orang-orang Islam dalam perkelahian, sehingga tewaslah mereka semua, kecuali Muhammad bin Maslamah yang jatuh pingsan. Dia kembali ke Medinah dan memberikan laporan lengkap kepada Rasulullah SAW.

Begitu pula beberapa hari kemudian, suku Arab dari qabilah Djudham menyerang delegasi Rasulullah SAW ke ibu kota ke Maharajaan Romana. Tidak berapa lama kemudian, Banu Fasarah menyerang pula kafilah dagang Islam dan melarikan barang dagangan itu.

Orang-orang Yahudi yang berkediaman di Chaibar juga mempunyai maksud akan membalas demdam terhadap perlakukan orang-orang Islam pada orang-orang Yahudi. Mereka pergi menghasut berbagai suku Arab dan opsir-opsir ke Maharajaan Romana di tapal batas.

Tegasnya, nyatalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat Islam sehari demi sehari, tetapi nabi Muhammad SAW belum mengambil keputusan pasti untuk menghadapi serangan-serangan yang tidak teratur daripada kaum kafir dan musyrik itu. Beliau berfikir, agaknya pemimpin suku-suku Arab boleh dijadi suatu waktu akan mengusulkan perdamaian, sehingga dengan demikian akan terciptalah keamanan di seluruh tanah Arab. Selama waktu ini Rasulullah SAW menlihat kasyaf sebagai disebutkan dalam Al Qur’an.

Rasulullah SAW berangkat ke Mekkah dengan 1500 muslim

Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan ru’jah Rasul-Nya dengan benar. Tentulah kau akan memasuki Masjidil Haram InsyaAllah dalam keadaan aman. Cukurlah rambutmu dengan tidak usah takut-takut. Tetapi Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan telah diatur-Nya bagimu disamping itu kemenangan yang sudah hamper sekal kamu” (Al Fathr ayat 28).

Tegasnya, Allah Subhanahu wa ta’ala telah memutuskan, supaya orang-orang Islam masuk ke daerah Ka’bah di Makkah dengan keadaan aman, seraya mencukur kepala mereka. Tetapi orang-orang Islam tidak mengetahui, bagaimanakah mungkin terjadinya kasyaf Rasulullah SAW itu, sebab belum ada perdamaian dengan orang-orang Quraisyi. Lagi pula dalam ayat Qur’an itu disebutkan dengan tersirat bahwa orang-orang Islam tidak boleh membawa senjata sewaktu tawaf di Makkah.

Nabi Muhammad SAW sendiri mula-mulanya ragu tentang bakal terwujudnya kasyaf itu, oleh sebab disebutkan didalamnya: Fathun qarib’un yakni kemenangan yang hamper sekali, dijanjikan kepada umat Islam.

Demikianlah dalam keadaan ragu, Rasulullah SAW merencanakan berangkatnya umat Islam kea rah Ka’bah di Makkah. Nabi menguraikan kasyafnya itu dan menyerukan kepada orang-orang Islam mengadakan persiapan. Rasulullah SAW berkata: Kita hanyalah pergu untuk melakukan tawaf di Ka’bah. Dan tidak akan menantang atau melawan murusuh. Demikianlah dalam bulan Februari tahun 628M 1500 umat Islam, dipimpin oleh Rasulullah SAW berangkat kearah Makkah.

129

Memang belum pernah dilihatkan di dalam pertempuran dimanapun pada waktu itu. Dengan cara demikianlah Chalid dapat menyelamatkan tentara Islam, dank arena musuh menarik diri, maka Chalidpun mengendalikan tentaranya balik kembali ke Medinah.

images

130

Rasulullah SAW ada menerima wahyu mengenai pertempuran di Mu’tah itu. Dikumpulkannya orang-orang Islam di dalam masjid, dan waktu beliau hendak berdiri berbicara, keluarlah air mata beliau. Rasulullah SAW bersabda: “Ingin saya menceritakan kepada kamu, tentang tentara yang bergerak ke tapal batas Siria. Tentara Islam dapat menahan serangan-serangan musuh, meskipun banyak yang tewas dari mereka. Mulanya Zaid, kemudian Dja’far dan akhirnya Abdullah bin Rawahah yang memegang panji-panji. Ketiga-tiganya tewas seorang demi seorang, dengan keberanian yang luar biasa. Doakanlah bagi merek itu. Sesudah mereka maka panji-panji di pegang oleh Chalid ibn Al Walid. Dia telah mengangkatt dirinya sendiri menjadi panglima perang. Dia adalah pedang diantara pedang-pedang Allah. Maka dapatlah dia menyelamatkan laskar Islam dan kembali ke Medinah”.

Lukisan Rasulullah SAW mengenai Chalid menjadi masyhur. Chalid sejak itu disebutkan sebagai Shaifullah, yakni pedang Allah. Oleh sebab Chalid baru masuk Islam, sering pula dia disertai oleh orang-orang Islam lain. Pada suatu kali Chalid dan Abdurrahman bin ‘Auf sedang bertikai-tikai mengenai suatu hal. Abdurrahman bin ‘Auf lalu menyampaikan pertikaian mereka kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW memanggil Chalid dan berkata kepadanya: Chalid kau kesalkan hati seorang yang telah berbaikti kepada Islam dari sejak zaman Badr. Kukatakan kepadamu, bahwa jika kau berikan emas seberat bukit Uhud untuk kebaktian-kebaktian kepada Agama Islam, tidaklah kau akan beroleh karunia Ilahi sebanyak Abdurrahman”

 

Tetapi mereka mencerca saja, kata Chalid, dan saya haruslah menjawab. Maka Rasulullah SAW kepada orang Islam lainnya: “ janganlah cerca Chalid. Dia adalah pedang diantara pedang-pedang Allah, yang tetap akan terhunus terhadap kaum kafir”.

Lukisan Nabi ini mengenai Chalid ibn al Walid memang akan sempurna beberapa tahun kemudian, bahkan ucapan-ucapan Nabi itu adalah profesi perjuangan-perjuangan Islam untuk masa yang akan datang.

Sekembalinya Chalid ibn al Walid dengan tentaranya di Medinah ada beberapa orang Islam yang mengatakan, bahwa sebenarnya mereka kurang semangat, oleh sebab tidak mati syahid semuanya. Rasulullah SAW membatalkan kritik-kritik itu dengan mengatakan, bahwa Chalid dan prajurit-prajuritnya bukanlah kurang semangat, mereka adalah prajurit-prajurit yang berkali-kali dating kembali untuk mengadakan serangan.

 

Beberapa Pertanyaan

  1. Apakah yang menyebabkan pertempuran Mu’tah?
  2. Cobalah saudara lukiskan perbandingan kekuatan tentara Islam dengan laskar Nasrani di pertempuran Mu’tah?
  3. Ketiga pahlawan dan panglima perang Islam yang tewas adalah ……………
  4. Siapakah yang memimpin laskar Islam sesudah ketiga orang ini tewas?
  5. Siasat apakah yang dilakukan beliau dan apakah namanya cara peperangan demikian?
  6. Apakah nama julukan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya?
  7. Bagaimana Rasulullah SAW mengetahui tentang jalan peperangan di Mu’tah Itu?

 

XIX. RASULULLAH SAW BERGERAK KE MAKKAH DENGAN 10.000 PENGIKUT

(VIII SS.H DESEMBER 629M)

Dalam tahun ke VIII Hijrah pada bulan Ramadhan, bersesuaian dengan bulan Desember tahun 629 Masehi, Rasulullah SAW mengadakan gerakan ketentaraan, yang akan menetapkan Islam dengan pasti diseluruh tanah Arab. Di Hudaibiyah, telah disetujui antara orang-orang Islam dengan orang-orang Quraisyi, bahwa suku-suku Arab boleh menggabungkan diri kepada kaum musyrik Makkah atau kepada orang-orang Islam. Juga telah disepakati, bahwa selama 10 tahun kedua golongan itu tidak akan berperang, jika salah satu golongan tidak merusakkan perjanjian, dengan jalan menyerang golongan yang lain. Maka oleh syarat-syarat perdamaian inilah, Banu Bakr menggabungkan diri kepada orang-orang Makkah, sedangkan suku Chuzha’ah bersekutu dengan orang-orang Islam. Kaum kafir Arab memang selamanya tidak menjaga benar-benar perjanjian, lebih-lebih dengan orang-orang Islam.

Begitulah pada satu kali, terjadi pertikaian antara Banu Bakr dan suku Chuza’ah. Maka banu Bakr ini bermusyawarat dengan orang-orang Mekkah, bagaimana menyelesaikan pertikaian mereka dengan suku Chuza’ah. Mereka mengemukakan, bahwa perjanjian Hudaibiyah telah ditandatangani. Sebaliknya suku Chuza’ah merasa aman, karena ada perjanjian persekutuan dengan nabi Muhammad SAW.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

143

“Kebenaran telah datang dan kebatilan telah hilang. Sesungguhnya cepatlah lenyap kepalsuan”. Ayat ini telah diwahyukan kepada Rasulullah SAW sebelum beliau hijrah ke Medinah, dan menjadi bagian surah Bani Israil. Dalam surat ini dikatakan lebih dahulu tentang hijrah Rasulullah SAW dan bakal jatuhnya Makkah. Tegasnya surah itu diturunkan di Makkah.

Ayat-ayat yang memuat profesi tentang hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah dan dapat direbutnya Makkah, ialah sebagai berikut: “ Dan katakanlah: Hai Tuhanku, jadikanlah aku masuk dengan cara yang baik dan jadikanlah kepergianku dengan cara yang baik pula. Dan berikanlah kepadaku kekuasaan daripada-Mu, yang akan menolongku, sesungguhnya kepalsuan lenyap dengan cepatnya!” (Surat Israil ayat 81-82).

Jatuhnya Mekkah ini, dikatakan disini lebih dahulu dalam bentuk doa yang diajarkan kepada nabi Muhammad SAW. Kepada nabi diajarkan mendoa untuk masuk kembali ke Makkah, sesudah keluar dari padanya, dengan cara yang sebaik-baiknya dan akhirnya doa akan beroleh bantuan Tuhan, untuk beroleh kemenangan atas kepalsuan. Tegasnya profesi itu telah sempurna. Lagi pula bacaan surah Al Fath oleh Abu Bakar, adalah pada tempatnya. Surah itu menggiatkan orang-orang Islam dan memperingatkan kepada orang Makkah, bahwa akan sia-sialah pertentangan mereka kepada Tuhan dan agama Islam, dan bagaimana sempurnanya janji-janji Allah Subhanahu wata’ala kepada Rasul-Nya.

Dengan jatuhnya Makkah, maka Ka’bahpun dikembalikan kepada fungsinya yang sejati. Yang telah didirikan ribuan tahun terdahulu oleh Nabi Ibrahim as yakni ka’bah semata-mata diuntukkan bagi pujaan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Patung-patungnya telah dipecahkan, salah satu daripadanya ialah Hubal. Bila Rasulullah SAW menggulingkan Hubal jatuh ke tanah dan pecah berkeping-keping, maka Zubairpun memandang kepada Abu Syufyan dan seraya agak tersenyum-senyum, diperingatkannya peristiwa perang Uhud. “Ingatkah pada waktu itu orang-orang Islam luka-luka parah dank au melukai mereka dengan berteriak, kemenangan bagi Hubal? Apakah benar-benar Hubal pada hari itu memberikan kemenangan kepadamu? Andaikata Hubal, dapatlah kau lihat sekarang akhirnya?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

menjadi petunjuk kepada kita, bahwa latar belakang peperangan banyaklah sifatnya.

Selanjutnya kita akan memperhatikan, bagaimanakah usaha agama Islam mencegah atau sekurang-kurangnya mempersedikit adanya peperangan. Juga kita akan mempelajari bagaimanakah hukum-hukum Qur’an mengenai peperangan sebagai yang telah dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW, para khalifah dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya. Hanyalah dengan cara demikian akan kita peroleh gambaran yang terang dan benar tentang jihad dalam Islam.

 

================

 

 

Beberapa pertanyaan

  1. Sebutkanlah oleh saudara beberapa sebab yang menimbulkan peperangan!
  2. Apakah sebabnya menurut saudara, Jepang telah menggerakkan pasukan-pasukannya ke daerah Asia Timur dan Asia Tenggara?
  3. Apakah latar belakang fitrah manusia hendak berperang?
  4. Mungkinkah timbul peperangan karena soal-soal dan paham-paham agama?
  5. Dapatkah saudara memberikan beberapa contoh?
  6. Apakah sebabnya terjadi repolusi?
  7. Bagaimana sikap Islam terhadap penghormatan kepada agama-agama lain?

 

 

 

 

Dengan nama Allah, Maha Pemurah lagi Penyayang,

Segala puja bagi Allah, Tuhan sekalian alam,

Maha Pemurah, lagi Maha Penyayang,

Yang memiliki Hari Kemudian,

Engkaulah semata kami sembah

Dan kepada Engkaulah kami pinta bantuan

Tuntunlah kami di jalan yang benar,

Jalan mereka yang telah Engkau limpahi karunia,

Bukanlah jalan mereka yang Engkau marahi,

Dan bukan pula yuang sesat kesasar.

 

Intisari surah Al Baqoroh, obat penangkal bagi macam bencana dan penyakit

INTISARI SURAH AL BAQOROH

OBAT PENANGKAL BAGI MACAM BENCANA DAN PENYAKIT

KOL .H. DRS. BAHRUM RANGKUTI,

CAKRAWALA, 6 JULI 1964

Tanggal 29 bulan Sembilan yang lalu telah kita bicarakan isi dan tema Surah Al Baqarah. Sampailah kini waktunya enguraikan tafasirnya. Sebagaimana telah kita ketahui, maka surah al Fatihah sebagai surah yang pertama dan pembuka bagi sura-surah Qur’an lainnya adalah suatu PENJELMAAN doa memohonkan jalan yang benar dan lurus, yang berpusat pada ungkapan: ihdi-naashiraata’l mustaqim (tunjukilah kami jalan yang benar).

Kita sebagai manusia dengan perbagai macam situasi dan masalah menginginkan benar-benar petunjuk dan hidayah daripada Tuhan SWT. Apa saja kedudukan dan situasi saudara, baik sebagai anggota Angkatan Laut maupun sebagai orang di luar Angkatan Laut, tegasnya sebagai mahluk manusia yang mempunyai sesuatu persoalan, diundang Tuhan, agar supaya datang kepada-Nya dan mengetuk pintu kediamanNya, yakni merasakan semesra-mesranya kehadirat Tuhan dimana saja kita ada.

Saudara sedang menderita penyakit atau sedang menghadapai dan terlibat dalam sesuatu soal yang sulit dipecahkan, datanglah kepadaNya dan simakanlah kata-kataNya dengan penuh perhatian. Anaa Allaahu a’alm. ALif Lam Mim “Akulah Tuhan Yang Maha Tahu. Inilah undangan Tuhan subhanahu wata’ala justru pada ayat pertama Surah AL Baqoroh. Ia memanggil tiap-tiap daripada kita untuk datang kepada-Nya, oleh sebab hanyalah Ia sebagai Maha Pencipta kita alam semesta, mengetahui situasi dan persoalan kita sedalam-dalamnya. Dan hanyalah Ia yang dapat menolong dan menyembuhkan ataupun menyelesaikan berbagai macam  masalah kita dengan sebaik-baiknya.

Alif Lam Mim “Akulah Tuhan Yang Maha Tahu” adalah sinar cahaya yang menembusi kegelapan jiwa dan cita-cita kita, merupakan pula suatu undangan dan uluran tangan Ilahi kepada tiap-tiap daripada kita, supaya diangkat-Nya kita dan ditempatkannya dalam jalan yang terang menuju cita-cita yang luhur.

Misalnya saudara sedang menderita penyakit yang sudah bertahun-tahun. Rasakanlah sedalam-dalamnya bahwa Tuhan dekat sekali kepda saudara dan melihat serta mengetahui situasi saudara benar-benar. Datanglah kepada-Nya dan ketuk pintu kediaman-Nya selagi saudara menyembah kepada-Nya dalam waktu shalat.

Dan katakanlah dalam sujud saudara sehabis membaca subhanalloh “Tuhan, kepada Engkaulah aku meminta tolong, karena Engkaulah semata tempatku bermohon. Engkaulah Maha Penyembuh mahluk-mahluk-Mu dari segala macam penyakit dan bencana. Anta syaafi wa XX malikusyaafi isjfini “Engkaulah penyembuh dan Raja sekalian penyembuh. Sembuhkanlah aku dariu penyakit-penyakitku ini.

Dan yakinlah, bahwa Allah subhanahu wata’ala benar-benar akan menyembuhkan saudara. Yakinlah, bahwa sifat syafi “penyembuh” daripda Tuhan akan turun pada setiap cairan kanan yang saudara telan. Bahwa hanyalah Ia, Allah yang Maha Tahu akan segala sesuatu mengenal penyakit saudara dan apakah unsure-unsur obat penangkalnya. Inilah ujian bagi saudara, supaya bertawakkal pada sifat Ilahi: Alif, Laam, Mim (“Akulah Tuhan Yang Maha Tahu”). Dan jika benar-benarlah anda berpegang teguh pada keimanan, bahwa Tuhan senantiasa menolong hamba-hamba-Nya, tentulah lambat laun akan saudara rasakan tenaga anda setindak demi setindak bertambah sampai saudara sembuh sama sekali. Inilah juga yang dimaksud Tuhan dalam Surah Al Baqoroh, bila Ia berfirman:” Ud’uuni astajiblakum”! (“Panggilah Aku tentulah Ku-jawab dan Ku-terima permintaanmu”!)

Dan baiklah pula kita ketahui, bahwa penyakit-penyakit yang kita derita bias bersifat jasmaniah dan rohaniah. Anda sedang dikenal penyakit “darah tinggi” misalnya mohonkanlah kesembuhan dari Allah Subhanahu wala’ala disamping obat-obat yang anda telan. Memang sudah dipastikan juga oleh ilmu ketabiban, bahkan kehidupan yang penuh ketegangan ataupun beroleh perasaan khawatir untuk sesuatu hal ngeri yang mungkin akan terjadi, seringkali menimbulkan tensi tinggi pada darah kita. Maka taklah ada jalan sebaik-baiknya, kecuali mengetuk pintu kediaman Ilahi dan membersihkan noda serta kotoran-kotoran rohani dan jiwa kita oleh sentuhan kehadiran Tuhan subhanahu wata’ala. Dan kehadiran Tuhan itu kian kita rasakan, jika mulai kita berusaha beribadah semesra-mesranya, bersembahyang dengan khusu’, bekerja keras untuk meringankan beban mereka yang serba kekurangan dan macam-macam amal ibadah untuk membesarkan nama Tuhan.

Jika saudara merasa lemah dan kurang kemauan keras untuk berbuah kebajikan, datanglah kepada-Nya dan pintakanlah tambahan tenaga untuk benar-benar dapat berbakti dan bersikap bajik bagi perkembangan rohani anda. Niscaya Tuhan Yang Maha Hidup dan Menghidupkan itu akan menggerakkan hati kita berkemauan sekuat baja menjalankan suruhan-suruhan-Nya dibidang amal kebajikan dan amal saleh.

Demikian juga, jika saudara merasakan kurang baiknya hubungan anda dengan seseorang dalam lingkungan saudara, yang disebabkan oleh berbagai macam factor, maka berdoalah kepada Ilahi Rabbi, agar supaya nisbah hubungan anda dengan orang tertentu itu menjadi baik adanya. Bahkan musuh ataupun penentang bagi kitapun bias menjadi teman sahabat sejati oleh pengaruh doa yang dilakukan dengan hati yang hancur. Dan justru inilah yang dikehendaki Islam, yakni supaya setiap penganutnya sanggup meluaskan kedamaian “Islam” kepada wilayah yang luas.

Maka Tuhan Subhanahu wata’ala Yang Maha Tahu akan segala sifat, penyakit dan situasi insane dipelbagai lingkungan hidup, justru pada permulaan SUrah Al Baqoroh mengajak tiap-tiap pembaca Al Qur’an, supaya dating menghampiri kepada-Nya dengan membawa setiap masalah dan kerumitan masing-masing.

Tuhan tidak berhenti pada seruan Alif Lam Mim, segeralah menggema suara-Nya: Inilah Kitab itu, yakni yang dijanjikan kepada para Nabi terdahulu, tak ada sedikit keraguan didalamnya. Maksudnya: Kita Ilahi ini adalah penyempurna bagi segala kitab-kitab terdahulu, yang banyak mengandung hikmah kebijaksanaan bagi kemajuan duniawiah dan tuntutan bagi perkembangan rohaniah yang hakiki. Dan untuk melengkapkan sifat syafa “penyembuh” daripada Al-Qur’an. Tuhanpun menambahkan ungkapan hudan lilmuttaqin, artinya petunjuk bagi mereka yang ingin masuk golongan bertaqwa, yaitu mereka yang selamat daripada bencana kejahatan dan menetap di jalan Ilahi.

Ubaj bin Ka’b, sahabat nabi pernah menerangkan, bahwa seorang yang bertaqwa “Muttaqi” adalah ibarat seorang yang berjalan berhati-hati sekali disemak-semak belukar yang berduri dengan amat waspada, supaya tidak kena duri atau cabang-cabang tajam. Yang mungkin mengoyakkan pakaiannya ataupun mendatangkan luka-luka. Demikian juga ibu al-Mu’tazz, seorang penyair Arab bersenandung: “Hindarilah semua dosa besar dan kecil, itulah taqwa. Dan bertindaklah sebagai seorang pejalan dipermukaan bumi. Penuh waspada terhadap onak dan duri. Janganlah anggap remeh hal-hal kecil. Karena gunung-gunung tinggipun terbina dari batu-batu kerikil”.

 

Hidupku

Hidupku

Orang berkata aku kapal sedang karam
oleh beban membenam buritan
Katakanlah demikian, kasih
aku tiada akan marah.

Hidupku bukan mainan latihan perang
di lautan permai mengalun damai
meriam mendentam tiada peluru
kapal melancar selaku bermimpi.

Tetapi
Hidupku : kancah api menjulang tinggi
gelora lautan menyala mendidih
awan berdarah disiksa meriam
bahana bergema, tulang berteriak.

Dalam perjuangan mati-matian
berani aku bawa kau
’nuju pelabuhan damai
Melepas lelah dan berjuang lagi.

Pantja Raja (1946)

Hikmah Isra dan Mi’raj oleh Bahrum Rangkuti

Pladju, 28  September 1970 jam 15.00

Oleh Bahrum Rangkuti

 

Kami di Pladju sedjak kemarin. Berangkat dari Djakarta dengan Garuda Indonesia Airways bersama Apul. Kami diundang oleh Pertamina Unit II berbitjara di Pladju, Parbu Mulih dan sekitarnya mengenai Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tadi djam 14.00 Apul diminta oleh kaum ibu karyawan Pertamina mengupas hikmah dan perdjalanan Nabi waktu malam itu di masjid mereka Al Ridwan.

 

Pladju.. sudah ketiga kalinya aku kemari. Pertama kali dalam tahun 1965 waktu pulang dengan kapal Halmahera dari naik hadji. Kami singgah di Palembang untuk mengantarkan djemaah dari wilayah Sriwidjaja ini.

Dalam tahun 1969 djuga singgah di kota empek-empek ini dengan kapal perang Irian dalam perdjalanan Operasi Barat bersama Laksanama Muljadi, Panglima ANgkatan Laut. Waktu itu aku hanya bergaul selintas dengan ummat Islam di Palembang ini, ketika aku diminta member kuliah subuh di masjid Raja dan lalu bertjakap-tjakap dengan umat di sini.

Tetapi kemarin malam aku berbitjara di tengah-tengah chalajak yang penuh sesak tentang Isra Mi’raj Rasulullah SAW.

Sebelum berpidato dulu dua kjahi Palembang yaitu: Kjahi Jusuf dan Kjahi Al Madani. Mereka menekankan mudjizat luhur yang telah dialami Nabi Muhammad SAW, Kjahi AL Madani menerangkan, bahwa orang Amerika baru bisa sampai di bulan dengan susah payah dan dengan mengeluarkan djutaan dollar. Bahaya besar harus dutempuh oleh astronot-astronot Amerika itu, tetapi Nabi Muhammad SAW katanya oleh mudjizat Ilahi SAW telah sampai di Sidratu’l Muntaha, tanpa mengalami kesusahan apapun sedikitpun. Nabi dapat melihat ‘arasj dan Tuhan SWT, sedangkan orang-orang Amerika yang dibangga-banggakan itu hanya dapat menyaksikan batu-batu di bulan.

Aku membisikkan kepada saudara Nawawi, anggota DPRD Palembang: Dan apakah yang telah kita telah capai sebagai orang Indonesia? Manfaat apakah sebenarnya yang dapat kita petik dari Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW? Ia senyum menyimak kebisikkanku itu. Akhirnya iapun membisik djuga: Barang kali hanya kisah-kisah dan dongengan yang tak bisa kita selidiki kebenarnnya!

Memang setiap tahun kita memperingati pengalaman Nabi dalam Isra dan Mi’raj. Kita bisa asyik masyuk menyimak berbagai macam peristiwa yang telah di lihat Rasulullah SAW. Sayangnya, pada hematku, kuranglah diusahakan oleh para muballighin menghubungkan isi Isra dan Mi’raj itu dengan kehidupan kita dewasa ini. Padahal banyak aspek-aspek yang dapat dinisbahkan dnegan eksistensi umat Islam dewasa ini, cita-cita dan perjuangannya.

Aku Terhampar di Abu

Oleh Bahrum Rangkuti

Tuhan
akan kunantikankah maut begini?
kelak aku akan terkapar di atas abu.
dan tak akan ada orang yang menangisi daku!
dulu aku tak begini.
aku punya rumah, aku dapat makan
walau sebagai kuli di ladang orang
tetapi apa hendak dikata?
rumahku dibakar
manusia pembunuh manusia
aku teringat dalam hutan belukar
binatang dan binatang bersimakanan
Si Kuat menghantam Si Lemah
itulah hukum rimba!

Tuhan, mengapakah begini jadinya
padahal Negeriku Negara Merdeka
Mengapakah sebagian bangsaku menjadi buas
mereka Liar dan Kasar!

Tuhan
dalam kotapun aku ter lunta-lunta jua akhirnya
aku mengetuk dari pintu ke pintu
aku mencari pekerjaan
tapi selamanya aku pulang dengan hampa tangan
agaknya disinipun orang kehilangan kepercayaan
dan kasih sesama manusia
hanya kawan dan kenalan yang dapat tempat
dan aku balik berteduh di pinggir rumah mereka
apakah ada mereka perhatikan daku, Ilahi?
ah, kudengar mereka memakan nikmat dari hari kehari
mereka asyik bersenda gurau
dan aku disangka mereka malas dan tak berguna

Tuhan
kepada siapakah hamba minta tolong?
Engkau Penyanyang Ilahi!
takkah Engkau lihat negeriku
UmatNya banyak ulama haji dan sarjama
Mereka sembahyang dan membayar zakat
mereka membuat falsafah Tinggi-tinggi
Mereka membuat pelbagai ren

Tuhan
Walau hamba terhampar di abu
turunkalan para bidadari-Mu menyirami bumi Indonesia
menaburkan kembang kesturi